Sabtu, 25 Oktober 2008

foto

PLTU Suralaya



meranggas....




Pantai Anyer-Carita








Kamis, 23 Oktober 2008

Minyak Tanah...Oh.Minyak Tanah....

"Sekarang beli minyak tanah udah harganya mahal susah lagi dapetnya, kalo mau dapet ya kita harus antri ato nitipin jerigen di pangkalan". Keluhan itu aku dengar dari Pak Aki, -biasa aku menyebutnya- pedagang sate ayam dan kambing yang sudah belasan tahun mangkal di Simpang Tiga, Cilegon.Sambil mengaduk segelas kopi Aki meneruskan curhatnya,menurutnya untuk seliter minyak tanah ia harus membayar tujuh ribu rupiah padahal sebelum ada penghapusan minyak tanah biasa ia membeli tiga ribu lima ratus rupiah untuk satu liternya,"Sehari hari saja di rumah minimal pake minyak tanah sekitar lima liter, ya kalo terus terusan begini mah ngak kuat lagi deh, mana sekarang dagang sepi belum lagi harga harga naeknya ngak kaharti"gerutunya.Ditambahkan lagi meski minyak tanah sudah ditarik oleh pemerintah dengan diganti dengan kompor gas lpg, Aki yang diusia senjanya masih berjuang hidup ternyata tidak beruntung, ia tidak mendapatkan kompor beserta tabung gas lpg nya yang dibagikan pemerintah.Aki merupakan salah satu potret dari sekian banyak masyarakat kecil di Cilegon mungkin di Indonesia yang harus merasakan dampak penarikan minyak tanah bersubsidi.
Untuk wilayah Cilegon dan Serang, pihak Pertamina Tanjung Gerem, Merak tanggal 16 Oktober lalu melalui surat nomor 266/F13150/2008-53 mengenai penarikan minyak tanah didaerah konversi LPG 3 kg menerangkan sejak tanggal 16/10/08 alokasi minyak tanah di Kota Cilegon dan Serang sebesar 40 KL ditarik. Dengan perincian di Kecamatan Cilegon 5 KL,Kecamatan Jombang 5 KL, Kecamatan Purwakarta 15 KL dan di Kecamatan Kragilan Kabupaten Serang sebayak 15 KL.
Selain menjadi derita baru, ternyata penarikan minyak tanah tersebut berimbas terhadap para agen dan pangkalan. Banyak agen dan pangkalan gulung tikar usahanya karena tidak menjual minyak tanah lagi,akibatnya banyak pengecer yang biasa mendistribusikan minyak tanah sampai ke tingkat rumah tangga terpaksa menganggur karena tidak ada minyak untuk di dagangkan. Sementara untuk menjadi pangkalan agen gas lpg pun mereka ragu ragu karena tidak mengetahui aturannya.
Lain lagi yang dialami Tarsim, bertahun tahun menggeluti bisnis minyak tanah, pemilik pangkalan itu terpaksa meliburkan 12 orang pengecernya karena pasokan minyak tanah ditarik. Di pangkalannya di Jalan Flamboyant, Link Barokah terlihat puluhan jerigen ukuran 20 liter ditumpuk diatas drum minyak tanah yang sama sama sudah kosong, sementara belasan gerobak dorong berjajar diikat rantai besi satu sama lainnya.
"Terpaksa saya meliburkan para pengecer karena saya tidak sanggup untuk menggaji mereka, lha wong sekarang minyak tanah sudah ditarik" ujarnya. Sepertinya antrian warga sambil membawa jerigen di pangkalan pangkalan minyak akan terus terjadi, berharap adanya kiriman minyak tanah meski dengan harga yang sudah melambung tinggi.....