Minggu, 30 Maret 2008
selat sunda
Pemberian brevet kepada tiga perwira tinggi tersebut didasarkan ketiganya telah memebrikan perhatian dan dedikasi yang tinggi terhadap Angkatan Laut terutama kepada satuan selam. Untuk mendapatkan brevet tersebut ketiga Jendral itu harus merasakan sempitnya ruang kapal selam KRI Cakra 401, kemudian ikut berlayar dan menyelam di perairan Selat Sunda. Penyematan brevet dilakukan di dalam KRI Cakra.
Selat Sunda merupakan Alur Laut Kepulauan Indonesia I, di jalur tersebut banyak kapal laut baik kapal niaga maupun kapal perang dari luar yang melintas.Persoalan untuk mengawasi jalur sibuk itu, hanya ada pos pantau dengan fasilitas yang dibilang minim.
Kita berharap agar pengamanan di selat sunda ditingkatkan, banten mempunyai dua pulau terdepan yaitu pulau Tinjil dan Pulau Deli yang langsung berhadapan dengan cristmas island......
MUKADIMAH
Geografis
Wilayah Banten terletak di antara 5º 7’ 50” - 7º 1’ 11” Lintang Selatan dan 105º 1’ 11” - 106º 7’ 12” Bujur Timur, berdasarkan UU RI Nomor 23 tahun 2000 luas wilayah Banten adalah 8.651,20 Km2 . Secara wilayah pemerintahan Provinsi Banten terdiri dari 2
Propinsi Banten mempunyai batas wilayah :
* Sebelah utara dengan Laut Jawa
* Sebelah timur dengan
* Sebelah selatan dengan Samudera Hindia
* Sebelah barat dengan Selat Sunda
Provinsi Banten Sangat Startegis karena tepat di jalur Selat Sunda yang merupakan salah satu jalur lalu lintas laut yang strategis karena dapat dilalui kapal besar yang menghubungkan Australia, Selandia Baru, dengan kawasan Asia Tenggara misalnya Thailand, Malaysia dan Singapura. Disamping itu Banten merupakan jalur penghubung antara Jawa dan
Topografi
Kondisi topografi Banten adalah sebagai berikut:
* Wilayah datar (kemiringan 0 - 2 %) seluas 574.090 Ha
* Wilayah bergelombang (kemiringan 2 - 15%) seluas 186.320 Ha
* Wilayah curam (kemiringan 15 - 40%) seluas 118.470,50 Ha
Kondisi penggunaan lahan yang perlu dicermati adalah menurunnya wilayah hutan dari 233.629,77 Ha pada tahun 2004 menjadi 213.629,77 Ha.
Sejarah
Banten pada masa lalu merupakan sebuah daerah dengan
Budaya & Nilai-nilai Adat
Mayoritas penduduk Provinsi Banten memiliki semangat religius ke-Islaman yang kuat dengan tingkat toleransi yang tinggi, Sebagian besar anggota masyarakat memeluk agama Islam, tetapi pemeluk agama lain dapat hidup berdampingan dengan damai.
Potensi dan kekhasan budaya masyarakat Banten, antara lain seni bela diri pencak silat, debus, rudad, umbruk, tari saman, tari topeng, tari cokek, dog-dog, palingtung dan lojor. Disamping itu juga terdapat peninggalan warisan leluhur antara lain Masjid Agung Banten Lama, Makam Keramat Panjang, Masjid Raya Al-Azhom dan masih banyak peninggalan lainnya.
Di Provinsi Banten terdapat suku masyarakat Baduy. Suku Baduy merupakan suku asli Banten yang masih terjaga tradisi anti modernisasi. Suku Baduy-Rawayan tinggal dikawasan Cagar Budaya Pegunungan Kendeng seluas5.101,85 Ha di daerah Kenekes. Daerah ini dikenal sebagai wilayah tanah titipan dari nenek moyang, yang harus dipelihara dan dijaga baik-baik, tidak boleh dirusak, tidak boleh diaki sebagai hak milik pribadi.
Selain keberadaan Suku Baduy yang menjadi daya tarik tersendiri, Provinsi Banten juga memiliki sejarah kebudayaan yang cukup besar dan terkenal sehingga menjadikan Banten sebagai wilayah tujuan wisatawan baik domestik maupun mancanegara dengan berbagai tujuan wisata alam maupun untuk kegiatan penelitian
Penduduk asli yang hidup di provinsi Banten berbicara menggunakan dialek yang merupakan turunan dari bahasa Sunda Kuno. Dialek tersebut diklasifikasikan sebagai bahasa kasar dalam bahasa Sunda modern, yang memiliki beberapa tingkatan dari tingkat halus sampai tingkat kasar (informal), yang tercipta pertama kalinya pada masa kesultanan Mataram menguasai Priangan (bagian tenggara provinsi Jawa Barat). Namun demikian, di Serang dan Cilegon, bahasa Banyumasan (bahasa Jawa tingkatan kasar) digunakan oleh etnik pendatang dari Jawa. Dan, di bagian utara
Sumber:Wikipedia